Tuesday, September 27, 2011

STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM DALAM MENINGKATKAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA DI SEKOLAH SESUAI DENGAN KONSEP PEMIKIRAN HASAN LANGGULUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Manusia Secara Umum Banyak para ahil telah memberikan pengertian tentang masyarakat. Smith, Stanley dan Shores mendefinisikan masyarakat sebagai suatu kelompok individu-individu yang terorganisasi serta berfikir tentatang diri mereka sendiri sebagai suatu kelompok yang berbeda. (Smith, Stanley, Shores, 1950, p. 5). Dari pengertian tersebut di atas ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu bahwa masyarakat itu kelompok yang terorganisasi dan masyarakat itu suatu kelompok yang berpikir tentang dirinya sendiri yang berbeda dengan kelompok yang lain. Oleh karena itu orang yang berjalan bersama-sama atau duduk bersama-sama yang tidak terorganisasi bukanlah masyarakat. Kelompok yang tidak berpikir tentang kelompoknya sebagai suatu kelompok bukanlah masyarakat. Oleh karena itu kelompok burung yang terbang bersama dan semut yang berbaris rapi bukanlah masyarakat dalam arti yang sebenarnya sebab mereka berkelompok hanya berdasarkan naluri saja. Znaniecki menyatakan bahwa masyarakat merupakan suatu sistem yang meliputi unit biofisik para individu yang bertempat tinggal pada suatu daerah geografis tertentu selama periiode waktu tertentu dari suatu generasi. Dalam sosiology suatu masyarakat dibentuk hanya dalam kesejajaran kedudukan yang diterapkan dalam suatu organisasi. (F Znaniecki, 1950, p. 145), Jika kita bandingkan dua pendapat tersebut di atas tampak bahwa pendapat Znaniecki tersebut memunculkan unsur baru dalam pengertian masyarakat yaitu masyarakat itu suatu kelompok yang telah bertempat tinggal pada suatu daerah tertentu dalam lingkungan geografis tertentu dan kelompok itu merupakan suatu sistem biofisik. Oleh karena itu masyarakat bukanlah kelompok yang berkumpul secara mekanis akan tetapi berkumpul secara sistemik. Manusia yang satu dengan yang lain saling memberi, manusia dengan lingkungannya selain menerima dan saling memberi. Konsep ini dipengaruhi oleh konsep pandangan ekologis terhadap satwa sekalian alam. Parson menjelaskan bahwa suatu sistem sosial di mana semua fungsi prasyarat yang bersumber dan dalam dirinya sendiri bertemu secara ajeg (tetap) disebut masyarakat. Sistem sosial terdiri dari pluralitas prilaku-pnilaku perseorangan yang berinteraksi satu sama lain dalam suatu lingkungan fsik. Jika masing masing individu ini berinteraksi dalam waktu yang lama dari generasi ke generasi dan terjadi pada proses sosialisasi pada generasi tersebut maka aspek ini akan menjadi aspek yang penting dalam sistem sosial. Dalam berintegrasi dan bersosialisasi ini kelompok tersebut mempergunakan kerangka acuan pendidikan. Dari berbagai pendapat tersebut di atas maka W F Connell (1972, p. 68-69) menyimpulkan bahwa masyarakat adalah (1) suatu kelompok orang yang berpikir tentang diri mereka sendiri sebagai kelompok yang berbeda, diorganisasi, sebagai kelompok yang diorganisasi secara tetap untuk waktu yang lama dalam rintang kehidupan seseorang secara terbuka dan bekerja pada daerah geografls tertentu, (2) kelompok orang yang mencari penghidupan secara berkelompok, sampai turun temurun dan mensosialkan anggota anggotanya melalui pendidikan, (3) suatu ke orang yang mempunyai sistem kekerabatan yang terorganisasi yang mengikat anggota-anggotanya secara bersama dalam keselurühan yang terorganisasi. Dari uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa menurut Spencer masyarakat dipandang sebagai organisme hidup yang alamiah dan deterministis (bebas). Semua gejala sosial diterangkan berdasarkan hukum alam. Hukum yang mengatur pertumbuhan fisik tubuh manusla juga mcngatur pertumbuhan sosial. Manusia sebagai individu tidak bebas dalam menentukan arah pertumbuhan masyarakat. Manusia sebagai individu justru ditentukan oleh masyarakat dalam pertumbuhannya. Masyarakat berdiri sendiri dan berkembang bebas dari kemauan dan tanggung ja anggotanya di bawah kuasa hukum alam. Hubungan individu dan masyarakat berdasarkan kolektivisme. Menurut pandangan kolektif masyarakat mempunyai realitas yang kuat. Segala sesuatu kepentingan individu ditentukan oleh masyarakat. Masyarakat mengatur secara seragam untuk kepentingan kolektif. Menurut Peter Jarvis (1986) yang dikutip oleh DR Wuradji MS (1988) Karl Mark, Bowles, Wailer dan Illich tokoh paham kolektif yang berpendapat bahwa individu tidak mempunyai kebebasan, kebebasan pribadi dibatasi oleh kelompok elite (kelompok atas yang berkuasa) dengan mengatas namakan rakyat banyak. Konsep masyarakat kolektif ini diterapkan pada paham totalitas di negara-negara komunis seperti RRC. Di dalam negara komunis individu tidak mempunyai hak untuk mengatur kepentingan diari sendiri, segala kebutuban diatur oleh negara. Negara diperintah oleh satu partai politik komunis. Dalam negara komunis ini makan, pakaian, perumahan dan kerja diatur oleh negara, individu tidak punya pilihan lain kecuali yang telah ditentukan oleh negara. Semua hak milik individu seperti yang dimiliki orang-orang atau keluarga di negara kita ini tidak ada. Hubungan individu dan masyarakat menurut paham individualistis. Individualisme suatu paham yang menyatakan bahwa dalam kehidupan seorang individu kepentingan dan kebutuhan individu yang lebih penting dan pada kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Individu yang menentukan corak masyarakat yang dinginkan. Masyarakat harus melayani kepentmgan individu. Individu mempunyai hak yang mutlak dan tidak boleh dirampas oleh masyarakat demi kepentingan umum. Paham individualisme juga disebut Atomisme. Atomisme berpendapat bahwa hubungan antara individu itu seperti hubungan antar atom-atom yang membentuk molekul-molekul. Oleh karena itu hubungan in bersifat lahiriah. Bukan kesatuan yang penting tetapi keaneka ragaman yang penting dalam masyarakat. Pandangan individualistis ini yang otomistis ini berakar pada nominalisme suatu aliran filsafat yang menyatakan bahwa konsep-konsep umum itu tidak mewakili realitas dari sesuatu hal. Yang menjadi realitas itu individu. Realitas masyarakat itu ada karena individu itu ada. Jika individu tidak ada maka masyarakat itu tidak ada. Jadi adanya individu itu tidak tergantung pada adanya masyarakat. J.J. Rousseau (1712-1778) dalam bukunya "kotrak sosial" menjelaskan paham liberalisme dan individualisme dalam satu kalimat yang terkenal: “Manusia itu dilahirkan merdeka, tetapi di mana-mana dibelenggu” (Driarkara SY, 1964, p. 109). Manusia itu bebas (merdeka) dan hidup pada lingkungan sekitar dan sesamanya. Hidup dalam lingkungan tertutup dari lingkungan dan sesamanya itu manusia merasa bahagia. Masyarakat hanya merupakan suatu kumpulan atau jumlah orang yang secara kebetulan saja berkumpul pada suatu tempat seperti butli-butir pasir tersebut di atas. Tidak ada hubungan satu dengan yang lain. Masyarakat terbina karena orang-orang yang kebetulan tidak berhubungan satu sama lain itu berhubungan disebabkan oleh adanya suatu kebutuhan, sehingga masing-masing individu itu mengadakan kontrak sosial untuk hidup bersama. Bentuk kerja sama dalam hidup bersama itu dibatasi oleh kebutuhan masing-masing individu. Hanya sampai pada batas tertentu saja individu itu hidup dalam masyarakat. Makin banyak kebutuhan seorang yang dapat dtharapkan dari masyarakat maka hubungan dengan masyarakat makin erat, sebaliknya makin sedikit kebutuhannya dalam masyarakat makin renggang hubungannya dengan masyarakat. Paham yang memandang hubungan antara individu dan masyarakat dari segi interaksi. Dari uraian tersebut di atas kita telah mengetahui paham totalisme dan individualisme yang masih berpijak pada satu kutub. Paham totalisme berpijak pada masyarakat, sebaliknya paham individualisme. Totalisme mengabaikan peranan individu dalam masyarakat sebaliknya, paham individualisme mengabaikan peranan masyarakat dalam kehidupan individu. Oleh karena itu kedua-duanya diliputi oleh kesalahan detotalisme. Pabam individu memandang manusia sebagal seorang individu itu sebagai segala-galanya di luar individu itu tidak ada. Jadi masyarakat pun pada dasarnya tidak ada yang ada hanya individu. Sebaliknya paham totalisme memandang masyarakat itu segala di luar masyarakat itu tidak ada. Jadi individu itu hanya ada jika masyarakat itu ada. Adanya individu itu terikat pada adanya masyarakat. 2. Manusia Dalam Organisasi Umum Organisasi identik dengan sekelompok individu yang terstruktur dan sistematis yang berada dalam sebuah sistem. Pengertian organisasi adalah wadah untuk sekelompok individu berinteraksi dalam wewenang tertentu. Organisasi yang dibentuk terdiri dari berbagai kelompok yang memiliki kepentingan yang sama untuk mewujudkan tujuan bersama. Definisi Umum, Organisasi (Yunani: ὄργανον, organon – alat) adalah suatu kelompok orang dalam suatu wadah unt tujuan bersama. Dalam ilmu-ilmu sosial, organisasi dipelajari oleh periset dari berbagai bidang ilmu, terutama sosiologi, ekonomi, ilmu politik, psikologi, dan manajemen. Kajian mengenai organisasi sering disebut studi organisasi (organizational studies), perilaku organisasi (organizational behaviour), atau analisa organisasi (organization analysis). Terdapat beberapa teori dan perspektif mengenai organisasi, ada yang cocok sama satu sama lain, dan ada pula yang berbeda. Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya (uang, material, mesin, metode, lingkungan), sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut para ahli terdapat beberapa pengertian organisasi sebagai berikut. 1. Organisasi Menurut Stoner, Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama. 2. Organisasi Menurut James D. Mooney, Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama. 3. Organisasi Menurut Chester I. Bernard, Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Alasan perlunya Perencanaan karena perencana tidak akan dapat mengendalikan waktu yang akan datang, tetapi mereka seharusnya berusaha untuk mengidentifikasikan dan menghindarkan kegiatan-kegiatan sekarang dan hasil-hasilnya yang dapat diperkirakan akan mempengaruhi waktu yang akan datang. Salah satu maksud utama perencana adalah melihat bahwa program-program dan penemuan-penemuan sekarang dapat dipergunakan untuk meningkatkan kemungkinan pencapaian tujuan di waktu yang akan datang, yaitu meningkatkan pembuatan keputusan yang lebih baik. Perencanaan organisasi/pembangunan harus aktif, dinamis, berkesinambungan dan kreatif, agar manajemen tidak akan bereaksi terhadap lingkungannya, akan tetapi lebih menjadi peserta aktif dalam dunia usaha pembangunan ataupun di bidang lain. Ada dua alasan dasar perlunya perencanaan. Perencanaan dilakukan untuk mencapai : 1. Protective benefit, Yang dihasilkan dari pengurangan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pembuatan keputusan. 2. Positive benefit, Ini dalam bentuk meningkatnya sukses pencapaian tujuan tim organisasi 3. Manusia Organisasi Sekolah Salah satu bidang penting dalam Administrasi/Manajemen Pendidikan adalah berkaitan dengan Personil/Sumberdaya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan, baik itu Pendidik seperti guru maupun tenaga Kependidikan seperti tenaga Administratif. Intensitas dunia pendidikan berhubungan dengan manusia dapat dipandang sebagai suatu perbedaan penting antara lembaga pendidikan/organisasi sekolah dengan organisasi lainnya, ini sejalan dengan pernyataan Sergiovanni, et.al (1987:134) yang menyatakan bahwa: ”Perhaps the most critical difference between the school and most other organization is the human intensity that characterize its work. School are human organization in the sense that their products are human and their processes require the sosializing of humans” ini menunjukan bahwa masalah sumberdaya manusia menjadi hal yang sangat dominan dalam proses pendidikan/pembelajaran, hal ini juga berarti bahwa mengelola sumberdaya manusia merupakan bidang yang sangat penting dalam melaksanakan proses pendidikan/pembelajaran di sekolah. Sumberdaya manusia dalam konteks manajemen adalah ”people who are ready, willing, and able to contribute to organizational goals (Wherther and Davis, 1993:635). Oleh karena itu Sumberdaya Manusia dalam suatu organisasi termasuk organisasi pendidikan memerlukan pengelolaan dan pengembangan yang baik dalam upaya meningkatkan kinerja mereka agar dapat memberi sumbangan bagi pencapaian tujuan. Meningkatnya kinerja Sumber Daya Manusia akan berdampak pada semakin baiknya kinerja organisasi dalam menjalankan perannya di masyarakat. Meningkatkan kinerja Sumber Daya Manusia memerlukan pengelolaan yang sistematis dan terarah, agar proses pencapaian tujuan organisasi dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Ini berarti bahwa manajemen Sumber Daya Manusia merupakan hal yang sangat penting untuk keberhasilan perusahaan, besar atau kecil, apapun jenis industrinya (Schuller and Jackson, 1997:32), aspek Manajemen Sumberdaya Manusia menduduki posisi penting dalam suatu perusahaan/organisasi karena setiap organisasi terbentuk oleh orang-orang, menggunakan jasa mereka, mengembangkan keterampilan mereka, mendorong mereka untuk berkinerja tinggi, dan menjamin mereka untuk terus memelihara komitmen pada organisasi merupakan faktor yang sangat penting dalam pencapaian tujuan organisasi (De Cenzo&Robbin, 1999:8). Menurut Barney (Bagasatwa,(ed),2006:12) sistem Sumber Daya Manusia dapat mendukung keunggulan kompetitif secara terus menerus melalui pengembangan kompetensi SDM dalam organisasi. Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan suatu ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan Sumber Daya Manusia dan sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan. Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan suatu pengakuan terhadap pentingnya unsur manusia sebagai sumber daya yang cukup potensial dan sangat menentukan dalam suatu organisasi, dan perlu terus dikembangkan sehingga mampu memberikan kontribusi yang maksimal bagi organisasi maupun bagi pengembangan dirinya. Dalam era yang penuh dengan perubahan, lingkungan yang dihadapi oleh manajemen Sumber Daya Manusia sangatlah menantang, perubahan muncul dengan cepat dan meliputi masalah-masalah yang sangat luas. Berdasarkan penelitian dan sumber-sumber lain menurut Mathis (2001:4) dapat disimpulkan bahwa tantangan yang dihadapi oleh manajemen Sumber Daya Manusia adalah sebagai berikut (a) perekonomian dan perkembangan teknologi; (b) ketersediaan dan kualitas tenaga kerja; (c) kependudukan dengan masalah¬-masalahnya; (d) restrukturisasi organisasi. Oleh karena itu mengelola Sumberdaya manusia menjadi sesuatu yang sangat menentukan bagi keberhasilan suatu organisasi, kegagalan dalam mengelolanya akan berdampak pada kesulitan organisasi dalam menghadapi berbagai tantangan Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan faktor yang akan menentukan pada kinerja organisasi, ketepatan memanfaatkan dan mengembangkan Sumber Daya Manusia serta mengintegrasikannya dalam suatu kesatuan gerak dan arah organisasi akan menjadi hal penting bagi peningkatan kapabilitas organisasi dalam mencapai tujuannya. Untuk lebih memahami bagaimana posisi Manajemen SDM dalam konteks organisasi diperlukan pemahaman tentang makna Manajemen SDM itu sendiri, agar dapat mendudukan peran Manajemen SDM dalam dinamika gerak organisasi. B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang di atas, ada banyak persoalan yang dihadapi pendidikan Islam terkait dengan peningkatan sumber daya manusia (SDM) terutama di era globalisasi ini dan bagaimana Hasan Langgulung dengan kapasitasnya sebagai intelektual muslim menjawab persoalan itu. Pelbagai macam persoalan itu bisa diidentifikasi sebagai berikut: a. Konsep pendidikan menurut Islam. b. Konsep pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung. c. Konsep Sumber Daya Manusia. d. Peran pendidikan Islam dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. e. Strategi pendidikan Islam yang digagas Hasan Langgulung untuk meningkatkan kualitas SDM. C. Rumusan Masalah 1. Bagaimana strategi pendidikan Islam yang digagas oleh Hasan Langgulung dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia? 2. Apa upaya yang dilakukan pimpinan dalam melakukan pengawasan (Controlle) SDM tenaga pendidik? 3. Apa upaya yang dilakukan pimpinan dalam meningkatkan SDM tenaga pendidik ? BAB II PEMBAHASAN 1. Strategi Aksi Pendidikan Islam Dalam Membentuk Sumber Daya Manusia Yang Berkualitas Pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan bagian dari ajaran Islam, yang dari semula telah mengarah manusia untuk berupaya meningkatkan kualitas hidupnya yang dimulai dari pengembangan budaya kecerdasan. Ini berarti bahwa titik tolaknya adalah pendidikan yang akan mempersiapkan manusia itu menjadi makhluk individual yang bertanggung jawab dan makhluk sosial yang mempunyai rasa kebersamaan dalam mewujudkan kehidupan yang damai, tentram, tertib, dan maju, dimana moral kebaikan (kebenaran, keadilan, dan kasih sayang) dapat ditegakkan sehingga kesejahteraan lahir batin dapat merata dinikmati bersama. Pendidikan tentu saja memiliki tujuan utama (akhir). Dan, tujuan utama atau akhir (ultimate aim) pendidikan dalam Islam menurut adalah pembentukan pribadi khalifah bagi anak didik yang memiliki fitrah, roh dan jasmani, kemauan yang bebas, dan akal. Pembentukan pribadi atau karakter sebagai khalifah tentu menuntut kematangan individu, hal ini berarti untuk memenuhi tujuan utama tersebut maka pengembangan sumber daya manusia adalah suatu keniscayaan. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan strategi untuk menggapainya. Karena strategi merupakan alternatif dasar yang dipilih dalam upaya meraih tujuan berdasarkan pertimbangan bahwa alternatif terpilih itu diperkirakan paling optimal. Strategi adalah jantung dari tiap keputusan yang diambil kini dan menyangkut masa depan. Tiap strategi selalu dikaitkan dengan upaya mencapai sesuatu tujuan di masa depan, yang dekat maupun yang jauh. Tanpa tujuan yang ingin diraih, tidak perlu disusun strategi. Selanjutnya, suatu strategi hanya dapat disusun jika terdapat minimal dua pilihan. Tanpa itu, orang cukup menempuh satu-satunya alternatif yang ada dan dapat digali. Sedangkan Hasan Langgulung dengan definisi yang telah dipersempit berpendapat bahwa strategi memiliki makna sejumlah prinsip dan pikiran yang sepatutnya mengarahkan tindakan sistem-sistem pendidikan di dunia Islam. Menurutnya kata Islam dalam konteks tersebut, memiliki ciri-ciri khas yang tergambar dalam aqidah Islamiyah, maka patutlah strategi pendidikan itu mempunyai corak Islam. Adapun strategi pendidikan yang dipilih oleh Langgulung terdiri dari dua model, yaitu strategi pendidikan yang bersifat makro dan strategi pendidikan yang bersifat mikro. 2. Apa upaya yang dilakukan pimpinan dalam melakukan pengawasan (Controlle) SDM tenaga pendidik Berdasarkan temuan peneliti tentang langkah-langkah yang diambil oleh kepala Sekolah adalah sebagai berikut: a) Menentukan standar-standar untuk melakukan control terhadap: - Pengembangan standar kompetensi: - Pengembangan standar proses - Standar penilaian. - Standar pendidik b) Membandingkan pelaksanaan performance dengan standar c) Pengembangan standar proses d) Standar penilaian e) Standar pendidik Langkah pimpinan lembaga Pendidikan Islam mengendalikan SDM tenaga pendidik tersebut sesuai dengan pendapat Caldwell dan Spinks didalam bukunya yang berjudul: Leading the staff managing School: bahwa pemimpin pendidikan yang sukses tidak hanyabersifat transaksional yang bertujuan semata-mata memuaskan kebutuhan para anggotanya, tetapi juga bersifat transformasional yang menekankan prestasi sekolah pada leven exellence atau jika perubahan diarahkan atau mempunyai level prestasi yang diharapkan. Pemimpin pendidikan yang efektif adalah pemimpin yang berhasil mempunyai komitmen pengikut-pengikutnya mencapai tingkat level pencapaiannya lebih tinggi menjadi virtually a moral imperative. Pola Pengembangan SDM Tenaga pendidik Scanning, untuk melihat kemampuan tenaga pendidik baik dalam ketrampilan mengajar maupun ketrampilan dasar lainnya, atau dilakukan Training need assesment sebagai upaya mencari kebutuhan pelatihan. Setelah data terkumpul tentang kesenjangan antara kinerja dengan harapan, maka dilakukan tahap berikutnya . Tahap pengembangan yang dilakukan telah sesuai dengan pendapat Summer yang dikutip oleh Massie, bahwa faktor-kator yang harus dikembangkan pada diri tenaga pendidik yaitu: 1) Faktor pengetahuan, termasuk ilmu yang dimiliki oleh tenaga pendidik sebagai pendukung pekerjaannya. Pengetahuan yang paling penting adalah ide-ide, konsep,dan prinsip-prinsip. 2) Sikap merupakan sumber perilaku, yang mencakup: kepercayaan, perasaan, keinginan, dan nilai-nilai yang positif terhadap tugas pekerjaan. 3) Kemampuan, mencakup ketrampilan, seni, kebijakan, dan kemampuan memberi pertimbangan. a) Mengikuti MGMP, yang dilakukan secara berkala bekerja sama dengan PSB (Pusat Sumber Belajar) dengan biaya swadana dan dana dari MGMP. b) Pertemuan antar Guru dan kepala Sekolah setiap bulan. c) KKG, sebagai wadah untuk melakukan sharing para guru untuk pengutaraan kendala yang dihadapi, serta berupaya memperoleh input solusi, atau dalam bentuk bertukar informasi tentang pengalaman yang diperoleh guru dari luar sekolah. Tujuan pertemuan yang dilakukan oleh KKG adalah untuk menambah wawasan guru, dan memperakrab hubungan kemanuasiaan antar guru. d) Pengawasan Sekolah (controlling) Proses pengawasan Tenaga pendidik dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut: 1) Penetapan standar pelaksanaan PBM oleh tenaga pendidik; 2) Penentuan Pengukuran pelaksanaan PBM; 3) Pengukuran kegiatan nyata PBM; 4) Pembandingan pelaksanaan PBM dengan standar dan peng-analisaan penyimpangan-penyimpangan; 5) Pengambilan tindakan koreksi bila perlu. e) Laporan pengawasan, yang dilakukan setiap bulan kepada ketua lembaga/Kepala Sekolah pada rapat pimpinan. 3. Apa upaya yang dilakukan pimpinan dalam meningkatkan SDM tenaga pendidik Berdasar hasil temuan di lapangan, diketahui adanya upaya untuk selalu melakukan perbaikan berbagai fasilitas pendukung. Keberhasilan lembaga pendidikan Islam di atas, diantaranya: a) Tenaga pendidik . b) Siswa c) Sarana prasarana d) Kemitraan e) Semangat Kerja, iklim kerja dan hasil kinerja f) Pelaksanaan manajemen pengembangan SDM yang efektif Hasil temuan di lembaga Pendidikan Islam di atas menunjukkan bahwa keberhasilan sekolah/madrasah, disebabkan karena semangat dan motivasi semua tenaga pendidik, di tauladani oleh sikap kepala sekolah yang inovatif, terbuka, menampung dan memperhatikan gagasan-gagasan perbaikan dan pengembangan yang diusulkan para tenaga pendidik di sekolah/madrasah tersebut. Sosok kepala sekolah yang mampu menjadi teladan para guru dan murid dan gaya kepemimpinan yang luwes dapat memperbesar semangat para tenaga pendidik dalam meningkatkan kualitas dan keterampilannya untuk mendongkrak prestasi yang tinggi bagi siswa siswanya. Di samping faktor keteladanan, ketersediaan dana penunjang dan pemberian kesejahteraan karyawan juga ikut mempengaruhi keberhasilan sekolah/marasah meningkatkan prestasi kerja para tenaga pendidik.  Kesimpulan Implikasi praktis hasil penelitian strategi pengembangan SDM tenaga kependidikan pada lembaga pendidikan Islam adalah: a) Membantu para guru dan warga sekolah lainnya untuk memahami strategi pengembangan SDM secara baik dan memadai, melalui on the job training maupun off the job training.. Salah satu strategi itu antara lain adalah memberdayakan semua komponen pendidikan di lembaga tersebut, kepemimpinan Kepala Sekolah/Madrasah yang visioner dengan memahami fungsi-fungsinya, dan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya. b) Dapat berimprovisasi kreatif untuk membangun diri terdapat ilmu pengetahuan dan tehnologi, mengadakan uji coba laboratorium sekolah, c) Berkarya ilmiah melalui buku-buku perpustakaan, Introspeksi diri terhadap kekurangan dan mau menindak lanjuti, d) Mengembangkan diri melalui kerja kelompok kerja guru, penataran, seminar, lokakarya, pelatihan dan tutor sebaya. e) meningkatkan kesadaran dedikasi dan pemahaman gutu bahwa prinsip pembelajaran mengacu kearah : a. learning to know., b. learning to do, c. learning to life together, d.learning to be. DAFTAR PUSTAKA Adnanputra, Ahmad S., ìStrategi Pengembangan SDM Menurut Konsep Islamî, dalam Majalah Triwulan Mimbar Ilmiah, Universitas Islam Djakarta, Tahun IV No. 13, Januari 1994 Arifin, Muzayyin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1993 Arifin, Zainal, Nuansa Teosentris Humanistik Pendidikan Islam; Signifikansi Pemikiran Hasan Langgulung dalam Konstalasi Reformasi Pendidikan Islam, STAIN Cirebon: Lektur-Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam, Seri VIII/Th. Ke-5/98 Assegaf, Abd. Rachman, ìMembangun Format Pendidikan Islam di Era Globalisasiî, dalam Imam Machali dan Musthofa (Ed.), Pendidikan Islam dan Tantangan Globalisasi, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2004, Cet. I Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2000, Cet. II Daradjat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996, Cet. III
Read more » 0 komentar

Copyright © Dunia_Pendidikan 2011