Monday, February 20, 2012

PERILAKU ORGANISASI PADA GURU FIQIH

A.    Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan potensi sadar untuk menumbuhkembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalaui kegiatan pengajaran. Ada dua konsep pendidikan yang saling berkaitan yaitu belajar (Learning) dan pembelajaran (Instruction). Konsep belajar berakar pada pihak pendidik. Tujuan pendidikan adalah membentuk sumber daya manusia yang berkualitas tinggi yaitu manusia yang mampu menghadapai perkembangan zaman.[1]
Untuk Pencapaian tersebut di butuhkan visi, misi dan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan bersama oleh warga sekolah, diperlukan kondisi sekolah yang kondusif dan keharmonisan antara tenaga pendidikan yang ada di sekolah antara lain kepala sekolah, guru, tenaga administrasi, dan orang tua murid/masyarakat yang masing-masing mempunyai peran yang cukup besar dalam mencapai tujuan organisasi. Meneurut John. M. Pfiffner dan S. Owen Lane menyebutkan bahwa organisasi adalah proses pemnggabungan perkerjaan yang orang-orang atau kelompok harus melakukan dengan kekuasaan yang di perlukan unruk pelaksaaannya (Sutarto, 1984: 24). Artinya bahwa suatu organisasi akan berhasil dalam mencapai tujuan dan program-programnya jika orang-orang yang bekerja dalam organisasi tersebut dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik sesuai dengan bidang dan tanggung jawabnya. Agar orang-orang dalam organisasi tersebut dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka diperlukan seorang pemimpin yang dapat mengarahkan segala sumber daya dan membawa organisasi pendidikan (sekolah) menuju ke arah pencapaian tujuan.[2]
Dalam suatu organisasi, berhasil atau tidaknya tujuan tersebut sangat dipengaruhi oleh factor-faktor seperti pemimpin dan orang yang dipimpinnya, serta perilaku organisasi yang dijalankannya atau tempat dimana kegiatan manajeman dijalankan (Supardi dan Syaiful Anwar, 2002; 1). Agar organisasi dan kepemimpinan yang dilaksanakan oleh pemimpin dalam organisasi dapat berjalan secara efektif dan efesien, salah satu tugas yang harus dilakukan adalah mengawal dan mengarahkan perilaku organisasi dalam memberikan kepuasan kepada orang yang dipimpinnya/ yang menjadi costumernya.
Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin di lingkungan satuan pendidikan harus mampu mewujudkan tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Kepemimpinan dalam lingkungan satuan pendidikan selalu melibatkan upaya seorang kepala sekolah untuk mempengaruhi perilaku organisasi, para pengikut/guru dalam suatu situasi. Agar kepala sekolah dapat melaksanakan fungsi kepemimpinannya, dia bukan saja harus memiliki wibawa tetapi harus memiliki kesanggupan untuk menggunakan wibawa ini terhadap para guru supaya diperoleh kinerja guru yang baik.[3]
Dalam sebuah organisasi perlu ditetapkan arah perilaku organisasi dan azas-azasnya. Diantaranya adalah pembagian tugas. Yang perlu diperhatikan dalam azas pembagian tugas ini adalah kemampuan dari individu-individu yang diserahi tugas. Dengan demikian dalam suatu organisasi perlu adanya manajemen efektif yang mampu mengarahkan dan membina perilaku organisasi dan administrasi.[4]
Dari uraian tersebut di atas, maka perilaku suatu organisasi dapat berpengaruh sangat besar dalam pencapaian tujuan/ visi dan misi suatu organisasi maupun dalam tatanan hidup di masyarakat. Robbins (2002). Menjelaskan perilaku organisasi berupaya mengetahui faktor-faktor penyebab perilaku seseorang atau kelompok. Penjelasan terhadap suatu fenomena dalam manajemen merupakan hal penting karena membantu para manajer atau pemimpin tim dalam melakukan sasaran lain yaitu mengendalikan situasi penyebab perilaku individu atau kelompok kerja tersebut.
Atas pemahaman tersebut, dapat diketahui bahwa manajemen dalam suatu organisasi merupakan suatu keahlian menggerakkan dan mengendalikan orang lain untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya. Dengan demikian aktifitas dari kegiatan organisasi ditentukan oleh peran seorang pemimpin dan dibantu oleh individu-individu yang menjadi bawahannya. Dan di setiap lembaga satuan pendidikan tentu mempunyai seorang kepala sekolah sebagai pemimpin dan guru, serta karyawan sebagai bawahannya.
Pemimpin oleh Winardi (2004:304) didefinisikan sebagai berikut :
“Pemimpin adalah seorang yang karena kecakapan-kecakapan pribadinya dengan atau tanpa pengangkatan resmi dapat mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya untuk mengerahkan usaha bersama ke arah pencapaian sasaran-sasaran tertentu “. Dari pendapat tersebut pengertian pemimpin mewujudkan adanya kemampuan untuk menggerakkan, membimbing, memimpin dan memberi kegairahan kerja terhadap orang lain. Jadi bila ditarik kesimpulan dari pendapat diatas, pemimpin adalah orang yang dapat mempengaruhi, menggerakkan, menumbuhkan perasaan ikut serta dan tanggung jawab, memberikan fasilitas, tauladan yang baik serta kegairahan kerja terhadap orang lain.[5]
Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin di satuan pendidikan merupakan pemimpin formal, artinya dia diangkat secara formal (Formally Designated Leader) oleh organisasi yang bersangkutan atau organisasi yang menjadi atasannya. Guru (pendidik) menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab XI pasal 39 adalah : [6]
“Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi”.
Tenaga guru adalah salah satu tenaga kependidikan yang mempunyai peran sebagai faktor penentu keberhasilan tujuan organisasi selain tenaga kependidikan lainnya, karena guru yang langsung bersinggungan dengan peserta didik, untuk memberikan bimbingan yang muaranya akan menghasilkan tamatan/lulusan yang diharapkan. Untuk itu kinerja guru harus selalu ditingkatkan. Upaya-upaya untuk meningkatkan kinerja itu biasanya dilakukan dengan cara memberikan motivasi, mengadakan supervisi, memberikan insentif, memberikan kesempatan yang baik untuk berkembang dalam karir, meningkatkan kemampuan, dan gaya kepemimpinan yang baik. Sementara kinerja guru dapat ditingkatkan apabila yang bersangkutan merasa senang dan cocok dengan gaya kepemimpinan yang terapkan oleh kepala sekolah.[7]
Realitas menunjukan bahwa kreatifitas dan kinerja guru yang ada di sebuah lembaga pendidikan bergantung dari bagaimana peran seorang kepala sekolah dalam memberi kebijakan atau perintah kepada guru. Guna mencapai tujuan pendidikan tersebut diperlukan proses pendidikan. Pendidikan dapat ditempuh melalui jalur formal dan nonformal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yan dimulai dari jenjang terendah hingga tertinggi yang harus ditempuh dengn serangkaian persyaratan tertentu jika akan naik kejenjang selanjutnya. Pendidikan nonformal merupakan jenjang pendidikan yang diperoleh dalam sebuah lembaga pendidikan yang beorientasi memberi dan meningkatkan ketrampilan yang dibutuhkan untuk berkompetisi dalam meraih kesuksesan hidup. [8]
Mutu pendidikan yang baik yaitu diikuti dengan hasil belajar siswa yang baik pula. Madrasah juga berusaha meningkatkan mutu pendidikan dengan cara meningkatkan hasil belajar siswa. Madrsasah memiliki peran untuk menyiapkan siswa untuk berkompotisi dalam dunia ini. Siswa lulusan madrsah nantinya diharapkan mampu menghadapi era globalisasi, dimana dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, mandiri dan berdaya saing tinggi. Berbagai usaha telah dilakukan Kementrian Agama untuk memperbaiki mutu pendidikan nasional, agar tercapai tujuan secara optimal. Salah satunya yaitu penyempurnaan kurikulum. Penyempurnaan kurikulum memang harus dilakukan untuk merespon tuntutan globalisasi, kurikulum perlu dikembangkan dengan pendekatan berbasis kompetensi, agar lulusan pendidikan memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif sesuai dengan standar mutu pendidikan nasional dan internasioanl.
Keberhasilan suatu pendidikan salah satunya ditentukan oleh bagaimana proses belajar mengajar itu berlangsung. Selain itu proses interaksi belajar pada prinsipnya tergantung pada guru dan siswa. Guru dituntut untuk menciptakan suasana belajar mengajar yang efektif. Sedangkan siswa dituntut adanya semangat dan dorongan untuk aktif dalam proses balajar mengajar. Sehingga keberhasialan belajar dalam bidang kognitif, afektif dan psikomotorik dapat tercapai. Metode ini memposisikan siswa sebagai objek pembelajaran dan guru sebagai pusat kegiatan belajar. [9]
Selain itu metode pembelajaran konvensional yaitu menggunakan metode ceramah ini siswa hanya pasif menerima materi dari guru. Hal ini cenderung menjadikan suasana belajar kaku, monoton dan kurang menggairahkan, sehingga 4 siswa kurang aktif dan tidak bersemangat dalam belajar. Hal tersebut dapat mengurangi minat belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi. Banyak siswa menginginkan dirinya pandai dan berhasil dalam belajar, akan tetapi keberhasilan tidak datang dengan sendirinya. Keberhasilan dapat dicapai melalui usaha dan kerja keras. Agar siswa memperoleh hasil belajar yang baik maka perlu minat untuk belajar yaitu seberapa jauh siswa menaruh perhatian terhadap berbagai hal yang perlu dipelajari (liang Gie, 1994: 51). Minat belajar merupakan syarat awal yang harus dimiliki setiap orang sebelum belajar karena tanpa minat keberhasilan sulit dicapai (Suhartin, 1983: 58). Minat berpengaruh besar terhadap kegiatan belajar karena bila materi pelajaran atau suasana belajar tidak menyenangkan dan tidak mampu menarik perhatian siswa maka dapat dipastikan siswa tidak dapat belajar dengan baik, karena menurutnya tidak menarik. Minat belajar khususnya pada mata pelajaran ekonomi perlu ditumbuhkembangkan, mengingat siswa belajar di madrasah. Hal itu dikarenakan, jika dalam diri siswa tumbuh suatu minat pada mata pelajaran ekonomi maka siswa akan dengan mudah belajar, sehingga hasil yang dicapai akan baik. Dari observasi, diperoleh informasi dari guru mata pelajaran dasar Fiqih dan sebagian siswa.[10]

B.     Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Bagaiman Perilaku organisasi guru Fiqih?
2.      Bagaimana guru fiqih menggerakkan organisasi’?

C.    Pembahasan Masalah
Tantangan seorang guru adalah menciptakan pembelajaran yang menggairahkan, menantang nafsu peserta didik, dan menyenangkan sehingga mampu menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif. Kerja guru bisa dipandang sebagai pekerjaan guru atau tugas seorang guru. Dalam pelaksanaan berbagai kebijakan, guru dituntut untuk menjadi ahli penyebar informasi yang baik.
Menurut Mulyasa (2007: 19) peran dan fungsi guru berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan di sekolah. Di antara peran dan fungsi guru tersebut adalah sebagai berikut:[11]
1.      Sebagai pendidik dan pengajar, bahwa setiap guru harus memiliki kestabilan emosi, ingin memajukan peserta didik, bersikap realistis, jujur dan terbuka, serta peka terhadap perkembangan, terutama inovasi pendidikan.
2.      Sebagai anggota masyarakat, bahwa setiap guru harus pandai bergaul dengan masyarakat. Untuk itu harus menguasai psikologi social, memiliki pengetahuan tentang hubungan antar manusia, memiliki keterampilan membina kelompok, keterampilan bekerjasama dalam kelompok dabn menyelesaikan tugas berdama dengan kelompok.
3.      Sebagai pemimpin, bahwa setiap guru adalah pemimpin yang harus memiliki kepribadian, menguasai ilmu kepemimpinan, prinsip hubungan antar manusia, teknik berkomunikasi, serta menguasai berbagai aspek kegiatan organisasi sekolah.
4.      Sebagai administrator, bahwa setiap guru akan dihadapkan pada berbagai tugas administrasi yang harus dikerjakan di sekolah sehingga harus memiliki pribadi yang jujur, teliti, rajin dan memahami strategidan manajemen pendidikan.
5.      Sebagai pengelola pembelajaran, bahwa setiap guru harus mampu dan menguasai berbagai metode pembelajaran dan memahami situasi belajar-mengajar di daolam maupun di luar kelas.

Dalam tugasnya sebagai seorang guru, individu ini dituntut untuk menjadi tenaga yang professional dan setidaknya harus memiliki empat jenis kompetensi yang harus mereka miliki. Keempat jenis kompetensi tersebut adalah sebagaimana tercantum dalam penjelasan Peraturan Pemerintah No.14 Tahun 2005 tentang  Standar Nasional Pendidikan, yaitu: 1) kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan dalam pengelolaan peserta didik; 2) kompetensi kepribadian, yaitu kepribadian yang dimiliki individu dalam konotasi positif untuk kemajuan tujuan sekolah secara luas; 3) kompetensi sosial, yaitu sebagai bagian dari masyarakat; dan 4) kompetensi profesional, yaitu kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam.  Sujanto (2007: 31-34) menjelaskan keempat kompetensi di atas berkaitan dengan guru sebagai pendidik professional yang memiliki tugas utama untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada paud jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Upaya ini memperdalam pemahaman bahwa peserta didik harus bisa mencapai tingkat pemahaman yang setara meskipun masing-masing individu berbeda tingkat kemampuannya.
Kompetensi kepribadian adalah guru memiliki kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Bakat dan minat menjadi guru merupakan faktor penting untuk memperkokoh seseorang memilih profesi guru. Guru adalah teladan bagi anak didik, dan masyarakat sekitarnya (Sujanto. 2007: 32).
Kompetensi sosial adalah kemampuan berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Guru harus menjauhkan sikap-sikap egois, sikap yang hanya mengedepankan kepentingan diri sendiri. Guru harus pandai bergaul, ramah terhadap peserta didik, orang tua maupun masyarakat pada umumnya.
Kompetensi profesional adalah kemampuan untuk dapat menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan guru mampu membimbing peserta didik dapat memenuhi standar kompetensi minimal yang seharusnya dikuasai oleh peserta didik. Guru diwajibkan menguasai dengan baik mata pelajaran yang diasuhnya, sejak dari dasar-dasar keilmuannya sampai dengan bagaimana metode dan teknik untuk mengajarkan serta cara menilaidan mengevaluasi siswa yang mengikuti proses belajar mengajar.
1.      Belajar dengan Melakukan
Melakukan aktifitas adalah bentuk penyataan diri anak. Pada hakikatnya anak belajar sambil melakukan aktifitas. Karena itu, siswa perlu diberi kesempatan untuk melakukan kegiatan nyata yang melibatkan dirinya, terutama untuk mencari dan menemukan sendiri. Dengan demikian, apa yang diperoleh siswa tidak akan mudah dilupakan. Pengetahuan tersebut akan tertanam dalam hati sanubari dan pikiran siswa karena ia belajar secara aktif. Siswa akan memperoleh harga diri dan kegembiraan kalau diberi kesempatan menyalurkan kemampuan dan melihat hasil kerjanya.
Dalam pembelajaran fiqh, mengajarkan materi sholat dengan praktek lebih efektif dan berkesan bagi siswa ketimbang dengan mengharuskan siswa untuk menghafal kaifiyah sholat. Demikian pula dalam pembelajaran manasik haji, tatacara pembagian harta warisan, pengurusan jenazah, kompetensi dasarnya akan dapat tercapai secara efektif apabila ditempuh dengan siswa melakukannya (mempraktekan).
2.      Mengembangkan Kemampuan Sosial
Sebagaimana bagian sebelumnya, kegiatan pembelajaran tidak hanya mengoptimalkan kemampuan individual siswa secara internal, melainkan juga mengasah kemampuan siswa membangun hubungan dengan pihak lain. Karena itu, kegiatan belajar harus dikondisikan yang membuat siswa melakukan interaksi dengan orang lain seperti antar siswa, antara siswa dengan guru, dan siswa dengan masyarakat. Dengan pemahaman ini, guru dapat menerapkan berbagai strategi pembelajaran yang membuat siswa terlibat dengan orang lain, misalnya diskusi, pro-kontra, sosiodrama, dan sebagainya.
Dengan kegiatan pembelajaran secara berkelompok, antar siswa akan mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing sehingga muncul semangat saling mengisi dan menghargai satu sama lain. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran perlu dikondisikan sebagai media sosialisasi, menghargai perbedaan pendapat, dan bekerjasama.
3.      Mengembangkan Keingintahuan, Imajinasi, dan Fitrah Bertuhan
Siswa dilahirkan dengan memiliki rasa ingin tahu, imajinasi, dan fitrah bertuhan. Dua yang pertama merupakan modal dasar untuk bersikap peka, kritis, mandiri, dan kreatif. sedang yang ketiga untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan. Dengan pemahaman seperti ini, kegiatan pembelajaran perlu memperhatikan rasa ingin tahu dan imajinasi siswa serta diarahkan pada pengasahan rasa dalam beragama sesuai dengan tingkatan usia siswa. Bagi siswa tingkat MI tentu berbeda dengan tingkat MTs atau MA
4.      Mengembangkan Keterampilan Pemecahan Masalah
Tolok ukur kepandaian siswa banyak ditentukan oleh kemampuannya untuk memecahkan masalah. Karena itu, dalam proses pembelajaran perlu diciptakan situasi menantang kepada pemecahan masalah agar siswa peka terhadap masalah. Kepekaan terhadap masalah dapat ditumbuhkan jika siswa dihadapkan pada situasi yang memerlukan pemecahannya. Guru hendaknya mendorong siswa untuk melihat masalah, merumuskannya, dan berupaya memecahkannya sesuai dengan kemampuan siswa. Jika prinsip ini diterapkan dalam kegiatan pembelajaran nyata di kelas, maka pintu ke arah pembelajaran aktif siswa mulai terbuka. Untuk itu, sikap terbuka dan cepat tanggap terhadap gejala sosial, budaya, dan lingkungan perlu dipupuk ke arah yang positif.
Dalam pembelajaran kontemporer, kegiatan belajar yang mengharuskan siswa menghafal sebanyak-banyaknya tentang kasus dan cara pemecahannya dianggap tidak relevan lagi, sebab siswa tidak aktif mencari atau mengaitkan materi dengan konteks permasalahan di sekitarnya, namun hanya menghafalkan kasus yang belum tentu dijumpai di masyarakat. Dengan demikian, guru harus lebih banyak mengajak siswa untuk mengaitkan materi pelajaran dengan permasalahan riil di sekitarnya. Dengan cara seperti itu diharapkan setiap siswa terlibat aktif dalam memecahkan masalah di sekitarnya dengan menggunakan prosedur ilmiah.
5.      Mengembangkan Kreatifitas Siswa
Siswa memiliki potensi untuk berbeda. Perbedaan siswa terlihat dalam pola pikir, daya imajinasi, fantasi (pengandaian) dan hasil karyanya. Karena itu, kegiatan pembelajaran perlu dipilih dan dirancang agar memberi kesempatan dan kebebasan berkreasi secara berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kreatifitas siswa.
6.      Mengembangkan Kemampuan Menggunakan Ilmu dan Teknologi
Siswa perlu mengenal penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi sejak dini. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak gagap terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Dengan demikian kegiatan pembelajaran perlu memberikan peluang agar siswa memperoleh informasi dari multi media setidaknya dalam penyajian materi dan penggunaan media pembelajaran. Hal ini dapat diciptakan dengan pemberian tugas yang mengharuskan siswa berhubungan langsung dengan teknologi, misalnya membuat laporan tentang materi tertentu dari televisi, radio, atau bahkan internet.

Ø   Sumbangan dalam Keilmuan Islam
Pendidikan merupakan system pendidikan rabbani yang paripurna dengan memperhatikan fitrah manusia Allah menurunkannya untuk membentuk kepribadian anak atau manusia yang harmonis, disamping membuat teladan yang baik di muka bumi dan memanfaatkan seluruh kekuatan alam yang telah diciptakan sebaik mungkin. Sudah banyak orang mengetahui bahwa aliran pendidikan modern dan falsafah pendidikan Barat gagal dalam menyelamatkan anak dan umat manusia dari kedzaliman serta kegelapan, maka dari itu pendidikan Islammenjadi suatu tututan kebutuhan mutlak umat manusia untuk:
1.      Menyelamatkan dari ancaman hawa nafsu kebendaan, system matrealistis non humanistis, pemberian kebebasan yang berlebihan, pemanjaan dan budaya-budaya yang berbau kapitalisme Islam yang dinamis.
2.      Menyelamatkan di lingkungan bangsa-bangsa yang sedang berkembang  dan lemah, dan ketundukan, kepatuhan dan penyerahan diri kepada semua bentuk yang berbau penjajahan sehingga menjadi Islam yang kuat.
3.      dengan organisasi guru mata pelajaran fiqih semoga membentuk pribadi manusia dengan menanamkan akhlak yang baik sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an Dan Al-Hadits serta mampu mewujudkan anak didik menjadi manusia yang dapat mengaktualisasikan dirinya dalam bermasyarakat, berbangsa, bernegara sebagai proses kedewasaan yang abadi.

D.    Kesimpulan
Tujuan kajian perilaku organisasi pada dasarnya ada tiga, yaitu menjelaskan, meramalkan, dan mengendalikan perilaku manusia. Robbins (2002). Menjelaskan, kajian perilaku organisasi berupaya mengetahui faktor-faktor penyebab perilaku seseorang atau kelompok guru fiqih.
Sasaran pertama, terhadap suatu fenomena dalam manajemen merupakan hal penting karena membantu para manajer atau pemimpin tim dalam melakukan sasaran lain yaitu mengendalikan situasi penyebab perilaku individu atau kelompok kerja tersebut.
Sasaran kedua, yaitu meramalkan berarti perilaku organisasi membantu memprediksi kejadian organisasi di masa mendatang. Pengetahuan terhadap faktor-faktor penyebab munculnya perilaku individu atau kelompok membantu manajer meramalkan akibat-akibat dari suatu program atau kebijakan organisasi. Hal ini membantu melakukan pengendalian preventif terhadap perilaku individu dan kelompok dalam organisasi guru fiqih.
Sasaran ketiga yaitu mengendalikan mengandung arti bahwa perilaku organisasi menawarkan berbagai strategi dalam mengarahkan perilaku individu atau kelompok. Berbagai strategi kepemimpinan, motivasi, dan pengembangan tim kerja yang efektif merupakan contoh-contoh dalam mengarahkan perilaku individu dan kelompok guru fiqih.
Berhasil atau tidaknya organisasi mencapai visi dan misinya juga dipengaruhi oleh perilaku kepemimpinan dalam organisasi seperti: “membuat keputusan, menetapkan sasaran, memilih dan mengembangkan personalia, mengadakan komunikasi, memberikan motivasi, dan mengawasi pelaksanaan manajemen”.

Daftar pustaka

Supardi dan Syaiful Anwar, Dasar-dasar Perilaku Organisasi, UII Press Jogjakarta, 2002.
Sutarto, Dasar-dasar Organisasi, Gajah Mada University Press, 2000.
Hasibuan, Malayu S.P, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001.
Mulyasa, E, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: PT Remaja-Rosdakarya 2005.
Brich, P Instant Leaderhip. Terjemahan P. Hendrardjo. 2001. Instant Leadership: 66 Cara Instant Memiliki Kepemimpinan Praktis. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1999.
Kotter, J. P. & Heskett, J. L, Budaya korporat dan Kinerja. Terjemahan oleh Susi 2006.
Diah Hardaniati & Uyung Sulaksana: Corporate Culture and Performance. New York: 1992.
Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003, 2003, Sistem Pendidikan Nasional, http://www.depdiknas.go.id
Maxwell, J. C.  Developing the Leader within You. Terjemahan Anton 1995.
Adiwiyoto, Mengembangkan Kepemimpinan di Dalam diri Anda. Jakarta: Binarupa Aksara, 1995.
Ouchi, Theori Z. Terjemahan. Jakarta: Aksara Persada, 1985.
Moh Nasir. Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1999
Lexy 1 Moleoang, Metodologi Kualitatif, Bandung : Remaja Rosda, Karya, 1998.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : Bima Akasara, 1989.


[1]  Supardi dan Syaiful Anwar, Dasar-dasar Perilaku Organisasi, UII Press Jogjakarta, 2002.
[2]   Supardi dan Syaiful Anwar, Dasar-dasar Perilaku.
[3] Sutarto, Dasar-dasar Organisasi, Gajah Mada University Press, 2000.
[4] Hasibuan, Malayu S.P, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001.
[5] Hasibuan, Malayu. S.P. Manajemen; Dasar, Pengertian dan Masalah. edisi revisi  Jakarta: Bumu Aksara, 2005.
[6]  Undang-undang  No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, Jakarta, Airlangga, 2003
[7] Hamalik, Oemar, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara, 2006
[8] Ibrahim Bafadal, Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar, Jakarta: Bumi Aksara, 2003

[9] Mulyasa, E, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: PT Remaja-Rosdakarya 2005.
[10] Mangkunegara,  A.A  Anwar  Prabu.  Perencanaan  dan  Pengembangan  Sumber Daya Manusia. Bandung: Refika Aditama, 2003.
[11]  Mulyasa, E, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: PT Remaja-Rosdakarya 2005.
Read more »

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Dunia_Pendidikan 2011