Thursday, February 16, 2012

MASYARAKAT MADANI (CIVIL SOCIETY)



BAB I

PENDAHULUAN

Masyarakat global saat ini secara serius dihadapkan pada pengaruh sistem nilai sekuler dan materiali. Semua lapisan masyarakat, baik orang tua, pendidik, agamawan kini tengah mengahdapi dilema besar dalam pendidikan, yaitu tentang bagaimana cara terbaik untuk mendidik generasi muda dan mempersiapkan mereka penghadapi tantangan global di masa mendatang. Dilema tentang bagaimana memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak-anak kita sekarang membutuhkan penilaian yang jujur tengtang pentingnya pendidikan pada era globalisasi ini. Salah sarana untuk mengakatualisasi diri adalah melalui pendidikan.[1]

Masalah pendidikan adalah merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan kehidupan manusia, bahkan keduanya pada hakikatnya adalah proses yang satu. Ini berarti bahwa seluruh proses hidup dan kehidupan manusia itu adalah proses pendidikan.[2] Proses pendidikan manusia dilakukan selama kehidupan manusia itu sendiri, mulai dari alam kandungan sampai lahir di dunia manusia telah melalui proses pendidikan, hal ini menunjukan pentingnya pendidikan untuk meningkat kemulian diri manusia itu sendiri. Sebagaimana Allah SWT telah jelaskan dalam firman-Nya yang berbunyi:

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ . خَلَقَ الإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ . اقْرَأْ وَرَبُّكَ اْلأَكْرَمُ {3} الَّذِي عَلَّمَ ابِالْقَلَمِ . عَلَّمَ اْلإِنسَانَ مَالَمْ يَعْلَمْ .

Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. al-‘alaq: 1-5)[3]

Agar umat manusia mengetahu tentang kebesaran Allah SWT maka melalui belajarlah kita bisa memahami dari kebesaran penciptaan dan kekuasaan Allah SWT. Dengan perantaran pendidikan manusia akan dimuliakan oleh Allah SWT dalam kehidupannya. Nabi Adam as mulia karena dia belajar langsung kepada Allah SWT, sebagaimana firman-Nya yang berbunyi:

وَعَلَّمَ ءَادَمَ الأَسْمَآءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلاَئِكَةِ فَقَالَ أَنبِئُونِي بِأَسْمَآءِ هَؤُلآءِ إِن كُنتُم صَادِقِينَ

Artinya: Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar. (QS. al-Baqarah: 31)[4]

Ayat ini menunjukan kepada kita bahwa belajar dan menuntut ilmu itu sangat penting sehingga kita banyak mengetahui sesuatu yang benar. Para Malaikat tidak bisa menjawab pertanyaan dari Allah SWT karena mereka tidak mendapat proses pendidikan dari Allah SWT, berbeda dengan Nabi Adam as yang bisa menjawab pertanyaan dari Allah SWT karena telah diajarkan kepadanya. Disinilah letak pentingnya pendidikan bagi umat manusia.

Al-Qur’an sebagai petunju, pembeda, penjelas dan juga syifa’ ma fis shudur (obat dari penyakit yang ada dalam dada) pasti berbicara tentang pendidikan. Pendidikan menyangkut kebutuhan hakiki seseorang. Ajaran yang bersifat universal tidak mungkin secara operasional dan mendetail memperbincangkan pendidikan yang amat mendasar ini (Imam Suprayogo, 2004:7). Berbicara tentang pendidikan, fokusnya selalu berkenaan dengan persoalan anak, sosok manusia yang dicintai, disayangi, dan generasi yang masa depannya harus dipersiapkan. Dalam makalah ini, penulis mencoba akan membahas tentang pentingnya pendidikan baik kita tinjau dari pandangan al-Qur’an maupun hadits yang membicarakan tetang penting pendidikan untuk kehidupan umat manusia menuju pintu kemuliaan.

Islam bermula dari pendidikan dan puncak keberhasilannya juga berupa berkembangnya pendidikan. Di dalam wahyu pertama yang diturunkan kepada Rosululloh, bertebaran istilah yang merupakan unsur esensi bagi pendidikan: iqro’,Rabb, insaan, ‘allama, dan qalam. Istilah Rabb menjadi sumber dalam aspek pendidikan Islam, sehingga pendidikan yang dilahirkan oleh ajaran Islam adalah pendidikan yang mengacu kepada kebenaran Allah, Rabb semesta alam (Tarbiyah Rabbaniyah).

Inilah konsep dasar pendidikan Islam yang terus-menerus disosialisasikan Rasulullah SAW dengan berbagai aspek yang menunjangnya. Dan konsep ini pulalah yang seharusnya melandasi setiap proses pendidikan di dunia kaum muslimin hingga detik ini.

Bagaimanakah sistem pendidikan masyarakat modern kini ? Tak dapat dipungkiri bahwa pendidikan masyarakat modern kini jauh dari hakekat pendidikan Islam. Pendidikan modern memang melibatkan sarana-sarana yang hebat dan canggih namun bukan berarti tanpa kelemahan. Tidak dipungkiri kemajuan manusia di bidang iptek melonjak jauh. Hampir disemua lini tersentuh teknologi mutakhir. Namun dari pendidikan modern ini kita tidak menemukan kesempurnaan akhlak dan ruhani. Fenomena-fenomena yang kita temukan adalah penindasan antar manusia dan merosotnya moral.

Tampaknya, tujuan pendidikan modern adalah tercapainya tujuan material yang berkembang menjadi rasa cinta terhadap pekerjaan dan produksi dengan mengesampingkan nilai-nilai dan norma-norma kemasyarakatan. Sehingga sekolah-sekolah modern telah mengalami kemerosotan mutu pada setiap skala dalam dua dimensi, yaitu dimensi syar’iyyah dan dimensi ilmiyah paedagogis. Artinya, sekolah-sekolah itu bukan sekedar tidak islami tapi juga tidak mampu berfungsi sebagai salah satu sarana pendidikan.

Karena problem serius inilah umat Islam perlu segera mengembalikan orientasi sistem pendidikannya, yaitu pendidikan dan pembinaan Islam yang dilaksanakan dalam konteks kehidupan modern. Untuk mengatur kembali iptek dan menggunakannya bagi manfaat manusia dan kehidupan secara luas, dan yang lebih penting lagi, untuk mengembalikan penghambaan manusia hanya kepada Allah semata.

BAB II

PEMBAHASAN

    Konsep Pendidikan Masyarakat

Konsep Pendidikan Masyarakat adalah dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat (Sihombing, U. 2001). Dari konsep di atas dapat dinyatakan bahwa PBM adalah pendidikan yang dikelola oleh masyarakat dengan memanfaatkan fasilitas yang ada di masyarakat dan menekankan pentingnya partisipasi masyarakat pada setiap kegiatan belajar serta bertujuan untuk menjawab kebutuhan masyarakat. Konsep dan praktek Pendidikan Masyarakat tersebut adalah untuk mewujudkan masyarakat yang cerdas, terampil, mandiri dan memiliki daya saing dengan melakukan program belajar yang sesuai kebutuhan masyarakat.

Dengan demikian tenaga pendidikan (pihak-pihak terkait) harus melakukan akuntabilitas (pertanggungjawaban) kepada masyarakat. Menurut Sagala, S., 2004 akuntabilitas dapat mengembangkan persatuan bangsa serta menjawab kebutuhan akan pendidikan bagi masyarakat. Pengembangan akuntabilitas terhadap masyarakat akan menumbuhkan inovasi dan otonomi dan menjadikan pendidikan berbasis pada masyarakat (community based education).

Untuk mewujudkan output pendidikan yang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat dibutuhkan pendidikan yang bermutu. Apabila kita lihat mutu pendidikan di negara kita saat ini masih menghadapi beberapa problematika. Beberapa problem mengenai mutu pendidikan kita seperti yang diungkapkan DR. Arief Rahman dalam Mukhlishah, 2002 adalah : 1). Pembiasaaan atau penyimpangan arah pendidikan dari tujuan pokoknya. 2). Malproses dan penyempitan simplikatif lingkup proses pendidikan menjadi sebatas pengajaran. Dan 3). Pergeseran fokus pengukuran hasil pembelajaran yang lebih diarahkan pada aspek-aspek intelektual atau derajat kecerdasan nalar.

Sedangkan menurut Surya, M., 2002 salah satu problematika pendidikan di Indonesia adalah keterbatasan anggaran dan sarana pendidikan, sehingga kinerja pendidikan tidak berjalan dengan optimal.

Persoalan tersebut menjadi lebih komplek jika kita kaitkan dengan penumpukan lulusan karena tidak terserap oleh masyarakat atau dunia kerja karena rendahnya kompetensi mereka. Mutu dan hasil pendidikan tidak memenuhui harapan dan kebutuhan masyarakat atau mempunyai daya saing yang rendah. Pendidikan berjalan di luar alam sosial budaya masyarakatnya, sehingga segala yang ditanamkan (dilatensikan) melalui proses pendidikan merupakan hal-hal yang tidak bersentuhan dengan persoalan kehidupan nyata yang dihadapi masyarakat tersebut.

Implikasinya adalah terputus mata rantai budaya sosial antara satu generasi dengan generasi berikutnya. Generasi yang lebih muda menjadi tidak mampu mewarisi dan mengembangkan bangunan budaya sosial yang dikonstruksi oleh generasi pendahulunya, bahkan tidak mampu mengapresiasi dan seringkali berperilaku yang cenderung berakibat mengenyahkannya. Generasi seperti ini cenderung hanya mampu melihat kekurangan-kekurangan pendahulunya, tanpa menawarkan jalan keluar dan penyelesaiannya. Kisah yang sangat biasa bagi orang pribumi yang kaya raya dari hasil usaha dan bisnisnya, anak mereka menghancurkan perusahaan dan menghabiskan kekayaan untuk berfoya-foya.

Hal seperti ini tidak terjadi pada tradisi etnis tionghoa, dimana yang kaya akan menjadi lebih kaya karena putra-putrinya dipersiapkan untuk menjadi pewaris yang mampu mengembangkan bisnis yang dirintis oleh kedua orang tuanya. Misalnya dengan membiasakan anaknya magang di setiap outlet orang tua dan memperoleh perlakuan seperti layaknya pegawai, dengan demikian mereka mempunyai akselerasi belajar yang jauh lebih tinggi karena segala pelajaran yang diperoleh di sekolah memperoleh penguatan melalui aktivitas praktis yang dijalaninya.

Sementara itu kita juga tengah menghadapi era globalisasi yang ditandai dengan disepakatinya kawasan perdagangan bebas. Sejak 1 Januari 2003 secara Internasional dimulai AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour Area). Akibatnya terjadi perubahan pada berbagai bidang kehidupan, baik politik, sosial, budaya, pertahanan keamanan, demografi, Sumber Daya Alam, dan geografi yang akan berpengaruh pada skala global, regional dan nasional.

Secara global dapat dilihat dengan adanya terorisme, runtuhnya tembok Berlin, narkoba. Secara regional dapat dilihat dengan maraknya narkoba, terorisme, TKI, sipida ligitan. Secara Nasional dapat kita lihat dengan banyaknya pengangguran, kemiskinan, narkoba, pariwisata, dan demokrasi. Dengan demikian pendidikan harus secara akif berperan mengatasi dampak negatif dari era globalisasi dan mempersiapkan Sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang mampu bersaing dengan SDM dari negara lain.

Terobosan yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan mencanangkan Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi / KBK). Dengan kurikulum ini materi pelajaran ditentukan oleh sekolah berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pusat hanya menetapkan materi pokok (esensial). Target guru tidak untuk menyampaikan semua materi pelajaran tetapi memberikan pengalaman belajar untuk mencapai kompetensi dan berfokus pada aspek kognitif, psikomotor dan afektif (Sudjatmiko dan Nurlaili, L., 2004). Oleh karena itu dengan melaksanakan KBK secara optimal diharapkan output pendidikan dapat sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat sebagai akuntabilitas pendidikan kepada masyarakat sesuai dengan konsep Pendidikan Masyarakat.

Sejalan dengan dicanangkannya KBK, pemerintah juga melakukan pembaharuan manajemen sekolah dengan mengeluarkan kebijakan agar sekolah menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). MBS adalah model manajemen yang memberikan keleluasaan / kewenangan kepada sekolah untuk mengelola sekolahnya sendiri dengan meningkatkan keterlibatan warga sekolah dan masyarakat dalam upaya perbaikan kinerja sekolah dengan tetap memperhatikan standar pendidikan nasional (Irawan, A., 2004). MBS merupakan salah satu pendidikan berbasis masyarakat yang dilaksanakan dalam pendidikan formal.

Pendidikan kita selama ini memandang sekolah sebagai tempat untuk menyerahkan anak didik sepenuhnya. Sekolah dianggap sebagai tempat segala ilmu pengetahuan dan diajarkan kepada anak didik. Cara pandang ini sangat keliru mengingat sistem pendidikan juga harus dikembangkan di keluarga. Sekolah hanyalah sebagai instrumen untuk memperluas cakupan dan memperdalam intensitas penanaman cita-cita sosial budaya yang tidak mungkin lagi dikembangkan melalui mekanisme keluarga (Mukhlishah, 2002).

Memulai kembali menata pendidikan dengan mempertahankan fungsi keluarga dan masyarakat sebagau basis pendidikan di sekolah bukan lagi ide untuk masa depan tetapi menjadi tuntutan yang sangat mendesak. Upaya ini akan menjadi cara untuk mengembalikan sistem pendidikan kita kepada hakekat pendidikan yang sesungguhnya. Pendidikan yang hakiki adalah suatu langkah prosedural yang bertujuan untuk melatenkan kemampuan sosial budaya berupa program-program kolektif alam pikir, alam rasa, dan tradisi tindak manusia ke dalam pribadi dan kelompok manusia muda agar mereka siap menghadapi segala kemungkinan yang timbul di masa datang.[5]

Karena itu diperlukan partisipasi semua elemen (stakeholder) terutama orang tua dan masyarakat. Untuk mengoptimalkan peran masyarakat dalam peningkatan mutu pendidikan perlu dikembangkan model pendidikan berbasis masyarakat, di mana proses pendidikan tidak terlepas dari masyarakat dan menjadikan masyarakat sebagai basis keseluruhan kegiatan pendidikan. Semua potensi yang ada di masyarakat apabila dapat diberdayakan secara sistemik, sinergik dan simbiotik, melalui proses yang konsepsional, dapat dijadikan sebagai upaya yang strategis dalam meningkatkan mutu pendidikan nasional.

Menurut Darwin rahardjo dalam Surya, M., 2002 masyarakat modern mempunyai tiga sektor yang saling berinteraksi yaitu sektor pemerintah, dunia usaha dan sektor sukarela (LSM). Ketiga sektor masyarakat tersebut harus mempunyai posisi tawar menawar dan kemandirian sehingga menghasilkan kerjasama yang sinergik dan simbiotik dalam mencapai tujuan bersama. Hal tersebut dapat dijadikan kerangka berfikir dalam upaya memberdayakan masyarakat dalam satu gugus sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan.

    Petunjuk Al-Qur’an dan Hadits

Bertolak dari asumsi bahwa life is education and education is life, dalam arti pendidikan merupakan persoalan hidup dan kehidupan, dan seluruh proses hidup dan kehiduan manusia adalah proses pendidikan maka pendidikan Islam pada dasarnya hendak mengembangkan pandangan hidup Islami, yang diharapkan tercermin dalam sikap hidup dan keterampilan hidup orang Islam. Karena itu, pandangan hidup yang dimanifestasikan dalam sikap hidup dan keterampilan hidup seseorang harus bisa mendatangkan berkah, yakni nilai tambah, kenikmatan, dan kebahagian dalam hidup.

Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk membangun dan meningkat mutu SDM menuju era globalisasi yang penuh dengan tantangan sehingga disadari bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang sangat fundamental bagi setiap individu. Oleh karena itu, kagiatan pendidikan tidak dapat diabaikan begitu saja, terutama dalam memasuki era persaingan yang semakin ketat, tajam, berat pada abad millennium ini. [6]Dalam Islam menuntut ilmu itu wajib hukumnya, sebagaimana sabda Rasulullah saw dalam hadits yang berbunyai:

أُطلُبُ العِلمِ فَرِيضةٌ على كل مُسلمٍ والمسلمةٍ

Artinya: Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan muslim perempuaan (al-Hadits)

Berdasarkan hadits tersebut, bahwa menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim. Disamping diwajibkan menuntut ilmu, hadits tersebut juga memberikan pelajaran kepada umat Islam tentang pentingnya pendidikan untuk kemulian hidupnya. Pendidikan merupakan salah proses untuk meningkat dan mendekatkan diri kepada sang pencipta yaitu Allah SWT. Dengan pendidikan manusia lebih mulia dan terhormat dipandangan Allah SWT dan lebih mulia dari pada mahkluk ciptaan-Nya yang lain. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat.

Secara alamiah, manusia sejak dalam rahim ibu sampai meninggal dunia mengalami proses pertumbuhan dan berkembang tahap demi tahap. Begitu pula kejadian alam semesta ini diciptakan oleh Allah SWT dalam proses tingkat demi tingkat. Dengan demikian, pendidikan dapat dikatakan sebagai sarana utama untuk mengembangkan kepribadian setiap manusia dalam usaha manusia melestarikan hidupnya (Djumransjah, Abdul Malik Karim Amrullah: 2007: 12).

Pentingnya pendidikan telah diungkapkan beberapa tokoh pendidikan Islam yang mengacu kepada definisi pendidikan Islam, yaitu: Pertama: Abdurrahman al-Nahlawi mengemukakan bahwa pendidikan Islam merupakan suatu tuntutan dan kebutuhan mutlak umat manusia, karena (a) untuk menyelamatkan anak-anak di dalam tubuh umat manusia pada umumnya dari ancaman (Fathiyyah Hasan Sulaiman, 1986: 19). Kedua: Dr. Muhammad Fadil al-Jamaly (Guru Besar Pendidikan di universitas Tunisia) mengatakan bahwa pendidikan adalah proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan yang mengangkat derajat kemanusiaannya, sesuai dengan kemampuan dasar atau fitrah dan kemampuaan ajarannya (pengaruh dari luar). Esensi pendidikan yang harus dilaksankan umat Islam menurut beliau adalah pendidikan yang memimpin manusia kea rah akhlak mulia dengan memberikan kesempatan keterbukaan terhadap pengaruh dari dunai luar dan perkembangan dari dalam diri manusia yang merupakan kemampuan dasar yang dilandasi oleh keimanan kepada Allah SWT. Pandangan beliau ini didasarkan pada firman Allah SWT yang berbunyi:

وَاللهُ أَخْرَجَكُم مِّن بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لاَتَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَاْلأَبْصَارَ وَاْلأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Artinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. an-Nahl: 78)[7]

Firman Allah dalam surat an-Nahl ayat 78 tersebut mengindikasikan kepada kita bahwa ketika kita dilahirkan tidak mengetahui sesuatupun. Maka Allah ciptakan pada diri manusia pendengaran, penglihatan dan hati, ini semua untuk membantu manusia dalam proses pendidikan. Tanpa melalui pendidikan manusia tidak mengetahui apa-apa. Dengan pendidikanlah manusia bisa mengetahui tentang segala sesuatu terutama tentang kebesaran Allah SWT. Pendidikan anak merupakan tanggung jawab orang tuanya. Memberikan pengertian pentinganya pendidikan merupakan keharusan orang tua tatkala proses pendidikan dalam keluarga.

Pendidik dalam padangan Islam secara umum adalah mendidik, yaitu mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi psikomotorik, kognitif, maupun potensi afektifnya. Potensi ini harus dikembangkan secara seimbang sampai ke tingkat setinggi mungkin, menurut ajaran Islam (Ahmad Tafsir, 2007: 74). Maka inilah tugas orang tua tersebut berdasarkan firman Allah dalam surat al-Tahriim ayat 06 tersebut di atas. Salah satu cara untuk menumbuhkembangkan potensi yang dimiliki anak adalah melalui pendidikan. Disinilah pentingnya pendidikan bagi umat manusia.

Dalam pandangan penulis, bahwa pada awalnya pendidikan merupakan murni tugas kedua orang tua, sehingga kedua orang tua tidak perlu mengirim anaknya ke sekolah, akan tetapi karena perkembangan ilmu pengetahun, keterampilan, sikap serta kebutuhan hidup sudah semakin luas, dalam, dan rumit, maka orang tua tidak mampu lagi melaksanakan sendiri tugas-tugas mendidik anaknya. Sekalipun demikian, secara teoritis seharusnya rumah tangga dan sekolah tetap menyadari sejarah pendidikan tersebut. Pengaruh pendidikan di dalam rumah tangga terhadap perkembangan anak memang sangat besar, mendasar dan mendalam.

Marimba (1989: 19) menyatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (Ahmad Tafsir, 2007: 76). Dari pendapat Marimba tersebut, dapat penulis simpulkan bahwa pentingnya pendidikan adalah untuk menumbuhkembangan potensi jasmani dan rohani yang dimiliki manusia demi terwujudnya manusia yang memiliki kepribadian-kepribadian yang utama dalam istilah agamanya adalah Insan Kamil dan menjadi hamba Allah SWT yang selalu mendekatkan diri kepada-Nya.

Dalam teori pendidikan lama, yang dikemukan oleh dunia Barat, dikatakan bahwa perkembangan seseorang hanya dipengaruhi oleh pembawaan (nativisme). Sebagai lawannya berkembang pula teori yang mengajarkan bahwa perkembangan seseorang ditentukan oleh lingkungannya (empirisme). Sedangkan Islam memandang bahwa perkembangan seeorang ditentukan oleh pembawaan dan lingkungannya, hal ini sebagaimana sabda Rasulullah saw yang berbunyi:

كُلُ مَولودٍ يولدُ على الفطرةِ فَاَبَوَاهُ يُهودانِه او يُنصرَانِهِ أَويمجسانِهِ (البخار ومسلم)

Artinya: Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi. (HR. Bukhari dan Muslim)[8]

Dalam analisis penulis, berdasarkan hadits Rasulullah saw tersebut, bahwa sejak lahir manusia dalam keadaan fitrah atau telah membawa kemampuan-kemampuan dasar atau dengan istilah sekarang disebut dengan potensi. Fitrah atau kemampuan dasar tersebut harus ditumbuhkembangkan dengan baik sesuai dengan fitrah dasarnya. Salah satu cara untuk menumbuhkembangn fitrah atau potensi tersebut yang paling efektif adalah melalui pendidikan. Sehingga hadits tersebut menjelaskan begitu pentingnya pendidikan bagi manusia untuk menumbuhkembangkan fitrah atau potensi yang dimilikinya yang telah dibawa sejak manusia itu sendiri lahir. Walaupun tanpa pendidikan, fitrah atau potensi itu bisa berkembang, namun perkembangannya tidak sesuai dengan nilai-nilai dari ajaran Islam. Pendidikan mengarahkan bagaimana seharusnya fitrah atau potensi itu harus diarahkan dan ditumbuhkembangkan.

Para ahli pendidikan Islam telah sepakat bahwa maksud dari pendidikan dan pengajaran bukanlah memenuhi otak anak didik dengan segala macam ilmu yang belum mereka ketahui, tetapi maksudnya ialah mendidik ahklak dan jiwa mereka, menanamkan rasa fadilah (keutamaan), membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas dan jujur. Maka tujuan pokok pendidikan Islam ialah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa (M. Athiyah al-Abrasyi, 1987: 1).

Islam adalah agama ilmu dan cahaya, bukanlah suatu agama kebodohan dan kegelapan. Wahyu yang pertama-tama diturunkan mengandung perintah membaca kepada Rasulullah saw. Pengulangan atas perintah tersebut dan penyebutan kembali mengenai masalah ilmu dan pendidikan itu, dapat kita rasakan menghubungkan soal pendidikan. Proses belajar dan mambaca hanya banyak dilakukan tetkala manusia melakukan proses pendidikan. Sehingga dengan banyak membaca, manusia lebih dekat dengan Allah SWT dan banyak mengetahui tentang ciptaan-Nya terutama tentang proses penciptaan alam semesta ini. Pendidikan merupakan salah media yang paling utama untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah SWT karena inti pendidikan itu adalah mendekatkan diri kepada-Nya. Namun, kebanyakan dari umat manusia tidak mengetahu hakikat dari penting pendidikan itu, sehingga mereka sering mengabaikan pendidikan pada anaknya.

Manusia sebagai mahluk biologis memiliki unsur mekanisme jasmani yang membutuhkan kebutuhan-kebutuhan lahiriyah, misalnya sandang, pangan dan papan dan kebutuhan biologisnya lainnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut harus dipenuhi secara layak, dan salah satu di antara persiapan untuk memenuhinya yang layak adalah melalui pendidikan. Dengan pendidikan, pengalaman dan pengetahuan seseorang dapat bertambah dan dapat menentukan kualitas dan kuantitas kerjanya.

Pendidikan berusaha mengembangkan potensi individu agar mampu berdiri sendiri, untuk itu individu perlu diberi berbagai kemampuan dalam pengembangan berbagai hal, seperti komsep, prinsip, kreaktivitas, tanggung jawab, dan keterampilan. Dengan kata lain perlu perlu mengalami perkembangan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Demikian juga individu juga makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan lingkungan sesamanya. Objek sosial ini akan berpengaruh terhadap perkembangan individu. Melalui pendidikan dapat dikembangkan suatu keadaan yang seimbang antara perkembangan aspek individual dan aspek social (Dr. Nanang Fattah, 2008: 5). Dalam Al-qur’an surat Al-khujirot ayat 10-13 Sebagai berikut:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ {10} يَاأّيُّهَا الّذِينَ ءَامَنُوا لاَيَسْخَرْ قَوْمُُ مِّن قَوْمٍ عَسَى أَن يَكُونُوا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلاَنِسَآءُُ مِّن نِّسَآءٍ عَسَى أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ وَلاَتَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ وَلاَتَنَابَزُوا بِاْلأَلْقَابِ بِئْسَ اْلإِسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ اْلإِيمَانِ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُوْلاَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ {11} يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمُُ وَلاَتَجَسَّسُوا وَلاَيَغْتَب بَّعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ تَوَّابُُ رَّحِيمُُ {12} يَآأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Artinya: Sesungguhnya orang-orang mu'min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. (QS. 49:10). Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan)dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS. 49:11). Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yaang lain.Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah.Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. 49:12). Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS. 49:13.)[9]

Dalam analisis dan pengamatan penulis, pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh pengetahuan (knowledge acquisition), mengembangkan kemampuan/keterampilan (skills developments) sikap atau mengubah sikap (attitute of change). Pendidikan adalah suatu proses transpormasi anak didik agar mencapai hal-hal tertentu sebagai akibat dari proses pendidikan yang diikutinya. Sebagai bagian dari masyarakat, pendidikan memiliki fungsi ganda, yaitu fungsi sosial dan fungsi individual. Fungsi sosialnya untuk membantu setiap individu menjadi anggota masyarakat yang lebih efektif dengan memberikan pengalaman kolektif masa lalu dan sekarang, sedangkan fungsi individualnya untuk memungkin seseorang menempuh hidup yang lebih memuaskan dan lebih produktif dengan menyiapkannya untuk menghadapi masa depan. Fungsi tersebut dapat dilakukan secara formal seperti yang terjadi di lembaga pendidikan, maupun informal melalui berbagai kontak dengan media informasi seperti buku, surat kabar, majalah. Tv, radio dan lain sebagainya.

Dari penjelasan di atas maka tujuan pendidikan dalam pandangan Islam harus mampu menciptakan manusia yang berilmu pengetahuan yang tinggi, dimana iman dan takwa menjadi menjadi pengendali dalam pengamalan ilmunya di masyarakat. Manusia muslim yang dihasilkan oleh proses kependidikan Islam harus mampu mencari cara-cara hidup yang dapat membawa kebahagian hidup di dunia maupun di akhirat yang bercorak diri dan berderajat tinggi menurut ukuran Allah. Manusia diciptakan sebagai khalifah di muka bumi, untuk menjalankan kepemimpinannya, manusia harus memiliki pengetahuan untuk membantu dirinya dalam mengelola alam semesta ini. Hidup di dunia maupun bekal di akhirat nanti harus berilmu, sebagaimana sabda Rasulullah saw yang berbunyi:

مَن أَرَادَ الدنيَا فَعَلَيهِ بِالعِلم وَمَن أَرَادَ الاخِرَةَ فَعليهَ بِالعلمَ وَمَن أَرَادَهُما فَعليهَ بالعلمِ

Artinya: Barangsiapa yang menginginkan (kebahagian) hidup di dunia maka hendaklah ia berilmu, dan barangsiapa yang meninginkan (kebahagian) hidup di akhirat maka hendaklah ia berilmu, dan barangsiapa yang menhendaki kedua-keduanya maka hendaklah ia berilmu.[10]

Hadits tersebut memberikan pembelajaran kepada kita umat Islam agar memiliki ilmu pengetahuan baik ilmu pengatahuan agama maupun ilmu pengetahuan umum. Hadits Rasulullah saw tersebut, dalam pandangan penulis menjelaskan tentang pentingnya pendidikan bagi umat manusia. Ilmu pengetahuan merupakan bekal kita untuk hidup di dunia dan akhirat. Tujuan dari proses pendidikan adalah untuk kesempurnaan dan kemulian manusia itu sendiri.

Dihadapan Allah, orang yang menuntut ilmu sangat mulia. Apabila para pencari ilmu meninggal ketika dalam proses  pendidikan atau pencaraian ilmu, mereka adalah mati dalam keadaan syahid. Begitu mulianya orang memiliki ilmu dihadapan Allah SWT yang pemberi ilmu. Orang tua memilik peran yang penting untuk memahamkan pentingnya pendidikan demi kelangsungan hidup manusia.

Perumusan tujuan pendidikan Islam harus berorientasi pada hakikat pendidikan yang meliputi beberapa aspek, misalnya tentang pertama, tujuan dan tugas hidup manusia. Manusia hidup bukan karena kebetulan dan sia-sia. Ia diciptakan dengan membawa tujuan dan tugas tertentu. Tujuan diciptakan manusia adalah hanya untuk mengabdi kepada Allah SWT (Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir, 2006: 71).

Dalam proses pendidikan, tujuan akhir merupakan kristalisasi nilai-nilai yang ingin diwujudkan dalam pribadi peserta didik. Dalam ayat tersebut, Allah meninggi derajat orang yang berilmu dari yang lainnya. Mereka memiliki kemulian disisi Allah SWT. Tujuan akhir dari pentingnay pendidikan harus lengkap mencakup semua aspek, serta terintegrasi dalam pola kepribadain ideal yang bulat dan utuh. Tujuan akhir mengandung nilai-nilai Islami dalam segala aspeknya. Dari semua penjelasan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa pendidikan adalah sebagai alat untuk memilihara, memperluas dan menghubungkan tingkat-tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial serta ide-ide masyarakat dan bangsa. Pendidikan juga sebagai alat untuk mengadakan perubahan, inovasi dan perkembangan yang secara garis besarnya memalui pengetahuan dan skill yang baru ditemukan, dan melatih tenaga-tenaga manusia yang produktif untuk menemukan keseimbangan perubahan sosial dan ekonomi. Namun dalam pandangan Imam al-Ghazali, tujuan akhir pendidikan adalah berahklak mulia dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, itulah tujuan terpenting dari pentingnya pendidikan itu dilakukan.

    Urgensi kajian Ini dalam Pendidikan

Salah satu keutamaan Al-Islam bagi umat manusia adalah adanya sistem yang paripurna dan konsisten di dalam membina mental, melahirkan generasi, membina umat dan budaya, serta memberlakukan prinsip-prinsip kemuliaaan dan peradaban. Semua itu dimaksudkan untuk merubah manusia dari kegelapan syirik, kebodohan, kesesatan dan kekacauan menuju cahaya tauhid, ilmu, hidayah dan kemantapan.

Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Alloh, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Alloh menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan-jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Alloh mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seidzin-Nya menunjuki mereka ke jalan yang lurus . (Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir , 5:1516).

Kesempurnaan sistem Islam tersebut terlihat pula dalam sistem pendidikan Rasulullah dalam mendidik para shahabat yang telah menghasilkan generasi yang tak ada duanya. Generasi yang disebut-sebut sebagai generasi terbaik yang pernah muncul di muka bumi ini. Tak ada yang mampu menandinginya baik sebelum dan sesudah generasi shahabat tersebut.

Namun bukan berarti sepeninggal Rasulullah, kita tak akan merasakan dan tak mampu melaksanakan pendidikan Islam. Sebab beliau telah meninggalkan dua kurikulum yang dapat kita pakai acuan dalam mendidik manusia yakni Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Pendidkan Islam bertujuan menumbuhkan keseimbangan pada kepribadian manusia , sedangkan tujuan akhir pendidikan Islam adalah perwujudan penyerahan mutlak kepada Alloh, pada tingkat individual, masyarakat dan kemanusiaan pada umumnya. Oleh karena itu Islam memandang, kegiatan pendidikan merupakan satu-kesatuan integral yang melibatkan seluruh aspek kehidupan manusia. Ia harus berjalan harmoni dan seimbang serta menjadi tanggung jawab manusia secara keseluruhan dalam melahirkan kehidupan yang sehat, bersih dan benar (Islam).

Karakteristik Sistem Pendidikan Islam sebagai satu mata rantai dari Syariat Islam, memiliki ciri khusus yang sama dengan kekhususan Al Islam sendiri, yaitu syamil-kamil-mutakamil (sistem yang integral-sempurna-dan menyempurnakan). Integralitas sistem pendidikan Islam ini secara garis besar mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, yang secara garis besar adalah :

    Pendidikan Keimanan (aqidah)

Yang dimaksud dengan pendidikan iman adalah mengikat individu dengan dasar-dasar iman, rukun Islam dan dasar-dasar syari’ah Islamiyah. Metode pendidikan ini adalah menumbuhkan pemahaman terhadap dasar-dasar keimanan dan ajaran Islam yang bersandarkan pada wasiat-wasiat Rosululloh saw. dan petunjuknya.

    Pendidikan Moral (Akhlaq)

Maksud pendidikan moral adalah pendidikan mengenai dasar-dasar moral dan keutamaan perangai, tabiat yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh individu sejak masa analisa hingga ia menjadi seorang mukallaf, pemuda yang mengarungi lautan kehidupan. Tidak diragukan lagi bahwa keutamaan-keutamaan moral, perangai dan tabiat merupakan salah satu buah iman yang mendalam, dan perkembangan religius yang benar.

    Pendidikan Fisik

Pendidikan Islam sangat memperhatikan fisik tiap-tiap muslim. Apabila kita bicara tentang fisik dalam pendidikan, yang dimaksud bukan hanya otot-ototnya, panca inderanya dan kelenjar-kelenjarnya, tetapi juga potensi energik yang muncul dari fisik dan terungkap melalui perasaan.

Islam mendidik umatnya dengan memberikan rangsangan yang baik sebagaimana dalam sabda Rasulullah saw. : “ Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai daripada mukmin yang lemah.” Islam juga mengajarkan aturan -aturan yang sehat dalam makan, minum, dan tidur. Mendidik untuk menjaga kesehatannya, dengan selalu menganjurkan olah raga dan menjauhkan diri dari penyebab-penyebab kelemahan.

    Pendidikan intelektual

Maksud pendidikan intelektual adalah pembentukan dan pembinaan berpikir individu dengan segala sesuatu yang bermanfaat, ilmu pengetahuan, hukum, peradaban ilmiah dan modernisme serta kesadaran berpikir dan berbudaya. dengan demikian ilmu, rasio dan peradaban individu tersebut benar-benar dapat dibina.

Akal adalah kekuatan manusia yang paling besar dan merupakan pemberian Allah yang paling berharga. Dan al-Qur’an memberikan perhatian yang sangat besar terhadap perkembangan akal ini. Al-Qur’an mendidik akal dengan begitu banyak ayat-ayat alam semesta untuk jadi bahan perenungan. Tapi bukan perenungan itu yang menjadi tujuannya, melainkan mendidik akal agar cermat, cerdas dan akurat dalam berpikir dan bersikap serta menempuh jalan hidup.

    Pendidikan Psikhis

Maksud pendidikan psikhis adalah mendidik individu supaya bersikap berani, berterus terang, merasa sempurna, suka berbuat baik terhadap orang lain, menahan diri ketika marah dan senang kepada seluruh bentuk keutamaan psikhis dan moral secara keseluruhan.

Tujuan pendidikan ini adalah membentuk, menyempurnakan dan menyeimbangkan kepribadian individu, sehingga mampu melaksanakan kewajiban-kewajibannya dengan baik dan sempurna.

    Pendidikan Sosial

Maksud pendidikan sosial adalah mendidik individu agar terbiasa menjalankan adab-adab sosial yang baik dan dasar-dasar psikhis yang mulia dan bersumber pada aqidah Islamiyah yang abadi dan perasaan keimanan yang mendalam, agar di dalam masyarakat nanti ia bisa tampil dengan pergaulan dan adab yang baik, keseimbangan akal yang matang dan tindakan yang bijaksana.

    Pendidikan seksual

Yang dimaksud pendidikan seksual adalah upaya pengajaran, penyadaran dan penerangan tentang masalah-masalah seksual yang diberikan kepada individu, sejak ia mengerti masalah-masalah yang berkenaan dengan seks, naluri dan perkawinan. Sehingga, jika anak tumbuh menjadi seorang pemuda, dia dapat memahami masalah yang dihalalkan dan yang diharamkan. Bahkan mampu menerapkan tingkah laku Islami sebagai akhlak, kebiasaan, dan tidak akan mengikuti syahwat dan cara-cara hedonisme.

Diantara pendidikan ini adalah mendidik adab-adab meminta idzin, adab memandang, keharusan menghindarkan diri dari rangsangan-rangsangan seksual, mengajarkan tentang hukum-hukum pada masa pubertas dan masa baligh, Perkawinan dan hubungan seksual, isti’far (mensucikan diri) bagi orang yang belum mampu menikah dan lain-lain.

Selain syamil, pendidikan Islam juga memiliki keistimewaan lain yaitu, Berdimensi manusiawi dengan paket pembinaan yang bertahap dan tawazun (penuh keseimbangan dalam segala sisi kehidupannya). selain juga terus mengikuti perkembangan jaman serta tetap menjaga orisinalitasnya.

Itulah garis besar karakteristik pendidikan Islam yang keberlangsungannya sangat bergantung pada manusia pelaksananya, perangkat serta keistiqomahan seluruh masyarakat dalam merealisir konsep pendidikan itu pada tujuan yang benar. Yakni upaya sungguh-sungguh (jihad) menciptakan masyarakat yang seluruh aktifitas ritual, sosial, intelektual, dan fisikalnya tunduk kepada tata aturan Maha pencipta alam semesta.

BAB III

KESIMPULAN

Pendidikan dalam pandangan Islam yang sebenarnya adalah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan hidupnya sesuai dengan ajaran Islam. Pendidikan merupakan suatu proses untuk mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya. Prinsip ini adalah keseimbangan antara berbagai aspek kehidupan pada pribadi berbagai kebutuhan individu dan komunitas, serta tuntutan pemiliharaan kebudayaan silam dengan kebutuhan kebudayaan masa kini serta berusaha mengatasi masalah-masalah yang sedang dan yang akan dihadapi. Dari penjelasan di atas dapat penulis simpulkan bahwa tujuan pendidikan adalah:

    Mendidik akhlak dan jiwa manusia, menanamkan nilai-nilai keutamaan, membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi.
    Menjadi manusia yang hidup mulia dan bahagia dunia dan akhirat
    Menjadi hamba Allah SWT yang selalu mendekatkan diri kepada-Nya. Karena manusia diciptakan sebagai khalifah dan mengabdi kepada-Nya.
    Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kita dan orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan.
    Serta mampu menjalankan hidupnya sebagai khalifah Allah di muka bumi dengan memiliki pengetahuan baik pengatahuan agama maupun pengetahuan umum.

Daftar Pustaka

Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006.

Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006.

Dra. Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Askara, 2008.

Dr. Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008.

Fathiyyah Hasan Sulaiman, Konsep Pendidikan al-Ghazaly, Jakarta: P3M, 1986.

HM. Djumransjah, Abdul Malik Karim Amrullah, Pendidikan Islam, Malang: UIN-Malang Press, 2007.

M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Media Surya Grafindo, 1987.

Prof. Dr. Imam Suprayogo, Pendidikan Berparadigma Al-Qur’an, Malang: Aditya Media & UIN Malang Press, 2004.

Prof. Dr. Veithzal Rivai, Dr. Sylviana Murni, Education Management, Analisis Teori dan Praktik, Jakarta: Rajawali Press, 2009.

Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007.

[1] Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006.

[2] Dra. Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Askara, 2008.

[3]  Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung; Yayasan penyelenggara penafsir Al-Qur’an, 1987)

[4] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan....

[5] Prof. Dr. Imam Suprayogo, Pendidikan Berparadigma Al-Qur’an, Malang: Aditya Media & UIN Malang Press, 2004.

[6] Prof. Dr. Veithzal Rivai, Dr. Sylviana Murni, Education Management, Analisis Teori dan Praktik, Jakarta: Rajawali Press, 2009.

[7] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung; Yayasan penyelenggara penafsir Al-Qur’an, 1987)

[8] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung; Yayasan penyelenggara penafsir Al-Qur’an, 1987)

[9] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung; Yayasan penyelenggara penafsir Al-Qur’an, 1987)

[10] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung; Yayasan penyelenggara penafsir Al-Qur’an, 1987)

Read more »

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Dunia_Pendidikan 2011